Pengelolaan sampah merupakan issue yang sangat hangat dibicarakan khususnya di lingkungan perkotaan. Dilansir dari data yang dikeluarkan oleh pemerintah kota bandung , untuk tahun 2017 rata-rata diproduksi 1600 ton sampah yang berasal dari berbagai sumber serta berbagai jenis. Dari kuantitas sampah yang dihasilkan, tentunya diperlukan pengelolaan yang komprehensif supaya tidak terjadi
penumpukan yang selanjutnya akan merugikan masyarakat sekitar.
Pengumpulan sampah di tempat penampungan sampah sementara (TPS) menjadi salah satu aspek dalam pengelolaan sampah yang membutuhkan perhatian khusus. Beberapa kelurahan di kota Bandung bahkan tidak memiliki satu pun fasilitas TPS di wilayah administrasinya. Hal tersebut bisa menimbulkan masalah lingkungan dan berdampak pada kesehatan warga di sekitarnya.
TPS yang sudah tersedia di kota Bandung pun belum optimal dalam operasional
pemilahan sampahnya, yang antara lain disebabkan oleh :
- Masyarakat membuang sampah dalam kondisi bercampur antara sampah organik
dengan sampah non organik. Sampah organik yang dihasilkan kurang lebih 70%
dan non organik 30%. - Ketergantungan kepada TPA dalam prosesnya, dimana faktor waktu pengangkutan
sampah, jumlah ritasi, kapasitas dan kondisi kontainer sampah, kapasitas TPS dan
TPA memiliki pengaruh yang signifikan pada efektifitas proses pengelolaan sampah. - Biaya ritasi pengangkutan sampah dari sumber sampah ke TPS dan TPA membawa
limbah / sampah ke lokasi yang jauh, memerlukan biaya yang tinggi dan energi
tidak efisien serta biaya operasi dan pemeliharaan TPA yang mahal. - Model TPA menyebabkan banyaknya truk yang ikut andil dalam kemacetan dan
pencemaran udara akibat bau busuk dan asap gas buang knalpot truk sampah yang
melalui jalan umum. - Petugas kurang memperhatikan tempat kerja atau peralatan aman (sehat) dan
bebas pencemaran yang diakibatkan oleh bakteri, virus, serangga atau binatang
lainnya. - Produksi sampah setiap harinya tidak sebanding dengan frekuensi pengangkutan
sampah dari TPS ke TPA, sehingga tidak seluruh sampah di TPS dapat diangkut
secara rutin setiap hari
Berdasarkan uraian diatas kegiatan PkM Kolaborasi Mekanisasi Swakelola TOSS TMRL– TPS 3R ecamatan Andir Dengan Kontrol dan Monitoring Terpusat Berbasis IoT maka IPTEK yang dapat ditransfer sejak dimulai dari inputproses-output-outcame, dan evaluasi yang dituangkan gambar dalam bentuk diagram alir adalah dalam bentuk penyuluhan, pelatihan/workshop, pelaksanaan dan pendampingan instalasi, pengoperasian, pemeliharaan serta pemanfaatan energi terpadu, IoT dan Telekomunikasi.
Pendampingan untuk pengembangan swakelola bagi pengelola TPS di kecamatan Gedebage, kota bandung menjadi kegiatan yang dirasa memberikan manfaat bukan hanya pengelola namun juga bagi masyarakat sekitar. Melalui pendampingan dengan pendekatan kepada pengembangan dibidang ICT yang dilakukan oleh tim diharapkan membantu dalam optimalisasi pengelolaan sampah. Hasil pendampingan ini memberikan potensi Kerjasama lebih lanjut antara mitra abdimas dengan tim abdimas untuk menjadikan perangkat hasil Kerjasama ini lebih berguna bukan hanya terbatas untuk mitra saat ini saja,
Bagi dosen dan mahasiswa dengan harapan akan lahir temuan-temuan baru, produk-produk yang berasal dari proses kegiatan swakelola pengolahan sampah yang dapat langsung ditindaklanjuti bersamaan dengan pelaksaaan proses transfer tersebut diatas, ini merupakan kekhasan dari PkM Kolaborasi pada Pengelolaan Sampah Menggunakan Energi Terpadu dan Monitoring Terpusat Berbasis IoT.